Jumat, 19 Juni 2020

(ROMI SAPUTRA) INFORMASI SEJARAH

PERANG TELUK 1 (DAMPAK PERANG TELUK I DAN BERAKHIRNYA PERANG TELUK I)

A.   Dampak Perang Teluk I

Sebagaimana setiap perang yang terjadi di seluruh dunia, Perang Teluk I memberikan dampak yang begitu luas kepada kedua belah pihak. Selain berdampak kepada Iran dan Irak, Perang Teluk I juga memberi dampak kepada dunia internasional. Berikut adalah dampak-dampak yang diakibatkan oleh Perang Teluk I baik yang dialami oleh Iran dan Irak maupun dunia internasional.

a.    Dampak Sosial-Ekonomi

Perang Teluk I menelan korban jiwa yang sangat besar dari kedua belah pihak. Jumlah korban tewas selama perang diperkiran mencapai 750.000 hingga 1.000.000 jiwa. Jumlah korban tersebut mayoritas berasal dari laki-laki dewasa berusia 18-30 tahun. Besarnya jumlah korban ini mengakibatkan banyak istri yang kehilangan suaminya serta anak-anak yang menjadi yatim. Kondisi ini jelas menjadi suatu guncangan hebat yang dirasakan oleh sebagian penduduk dari kedua negara. Perang Teluk I telah menimbulkan problem sosial baru di Iran maupun Irak.

Perang Teluk I juga menghancurkan perekonomian Iran dan Irak. Iran dan Irak melakukan cara yang sama untuk memperkuat militer mereka dengan cara memobilisasi rakyat sipil untuk ikut berperang. Mobilisasi rakyat sipil inilah yang membuat banyak pabrik kehilangan tenaga kerjanya. Selain itu, kehancuran yang ditimbulkan oleh perang juga mencakup berbagai infrastruktur penunjang perekonomian. Akibatnya, perekonomian di kedua negara mengalami stagnasi dan bahkan kemunduran.

Secara finansial, Iran dan Irak juga mengalami kerugian yang sangat besar. Iran misalnya mengalami penurunan cadangan devisa dari $14.600.000.000 pada tahun 1979 menjadi hanya $1.000.000.000 pada tahun 1981. Selain itu, Iran juga kehilangan potensi pendapatan lebih dari $50.000.000.000 dari bidang pertanian dan minyak (Alfianto, 2015:80). Irak juga mengalami kerugian yang amat besar akibat Perang Teluk I. Irak bahkan menghabiskan biaya lebih dari $100.000.000.000 untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat perang. Inflasi juga dialami oleh kedua negara sehingga banyak rakyat yang mengalami kesulitan dalam memebuhi kebutuhan sehari-hari.

b.    Dampak Politik

Dampak Perang Teluk I di Iran dan Irak juga terjadi di bidang politik. Secara umum, perang mampu meningkatkan rasa patriotik rakyat Iran dan Irak. Hal tersebut setidaknya dibuktikan dengan keberadaan rakyat sipil yang dimobilisasi untuk ikut perang dari kedua belah pihak. Perang juga memberikan dampak pada konstelasi elit politik dalam negeri dari kedua negara. Selama Perang Teluk baik Iran maupun Irak mengalami gejolak politik di dalam negeri.

Pada awal Perang Teluk pemimpin spiritual Iran Imam Khomeni dan presiden Ali Khameni mampu memanfaatkan isu tersebut untuk menyatukan berbagai golongan politik di Iran. Upaya ini mengalami keberhasilan ketika golongan sejumlah golongan politik baik sayap kanan maupun sayap kiri mampu dimobilisasi untuk mendukung perang. Meskipun demikian terdapat golongan lain yang menjadi oposisi utama pemerintah dari kelompok Mujahidin. Khomeni menganggap jika kelompok Mujahidin merupakan antek Amerika Serikat yang berusaha menyerang Iran dari dalam. Sebagai balasan, kelompok Mujahidin membentuk National Council Resistance (NCR) untuk menggulingkan Khomeni .Pada akhirnya usaha NCR mengalami kegagalan karena popularitas Khomeni yang begitu luas di kalangan rakyat Iran.

Sementara itu gejolak politik juga terjadi di Irak. Partai Ba’ath yang merupakan partai pemerintah menjadikan perang sebagai alasan untuk melakukan konsolidasi nasional. Perang dijadikan sebagai alasan untuk menciptakan stabilitas politik nasional yang sesungguhnya hanya dimanfaatkan untuk kepentingan partai Ba’ath. Strategi partai Ba’ath ini mendapat perlawanan keras terutama dari suku Kurdi serta Partai Komunis Irak. Meskipun demikian, perlawanan suku Kurdi serta Partai Komunis Irak tidak mampu menggoyahkan kekuasaan Partai Ba’ath yang tetap mendapatkan dukungan mayoritas dari rakyat Irak.

c.    Dampak Terhadap Dunia Internasional

Perang Teluk I juga menimbulkan dampak bagi dunia Internasional. Sejumlah negara di Timur Tengah menyatakan dukungan baik kepada Irak maupun kepada Iran. Negara-negara Arab pada umumnya memilih untuk mendukung Irak. Alasan utama dukungan mereka terhadap Irak adalah kekhawatiran mereka akan menyebarnya semangat Revolusi Islam Iran apabila Iran mampu mengalahkan Irak. Satu-satunya negara Arab yang mendukung Iran adalah Suriah. Alasan utama Suriah mendukung Iran karena kepentingan bilateral kedua negara begitu dekat terutama dalam bidang ekonomi. Selain itu, Perang Teluk I juga mengakibatkan hubungan antar negara muslim dalam OKI sedikit menghangat.

Perang Teluk I juga memiliki hubungan secara tidak langsung dengan Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Pada saat itu Perang Dingin telah mendekati akhir. Keterkaitan tersebut terutama sekali berhubungan dengan suplai senjata bagi kedua belah pihak. Irak misalnya, pada paruh pertama perang (1981-1985) menghabiskan sekitar $24.000.000.000 untuk biaya impor senjata. Mayoritas impor senjata yang digunakan berasal dari negara-negara blok Barat seperti AS dan Prancis. Uni Soviet tidak ingin kalah dengan negara-negara blok Barat. Uni Soviet menyediakan pinjaman sebesar $3.000.000.000 kepada Irak dengan syarat Irak membatalkan pembelian pesawat Mirage dari Prancis.

 Hingga akhir Perang Teluk I, hutang Irak kepada Uni Soviet mencapai $8.000.0000.000. Selain itu, Perang Teluk I juga mengganggu distribusi minyak dunia mengingat 40% minyak dunia berada di kawasan Timur Tengah. Meskipun demikian, dampak tersebut tidak separah bila dibandingkan dengan krisis minyak dunia awal tahun 1970-an.

 Upaya-upaya yang dilakukan dalam menghentikan Perang Irak-Iran

1.    Setelah sidang Dewan Keamanan PBB pada tanggal 28 September 1980 di New York telah meminta kepada kedua belah pihak menghentikan peperangan dan permasalahan kedua belah pihak diselesaikan di meja perundingan. Mereka meminta Irak mundur dari tempat-tempat yang diduduki di Iran. Tetapi kedua belah pihak menolak tawaran tersebut.

2.    Penyelesaian Perang Irak-Iran, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan Resolusi No.598 pada tanggal 20 Juli 1987. Resolusi ini berisi usulan untuk dilakukannya genjatan senjata antara Irak dan Iran. Namun Irak dan Iran menolak usulan tersebut.

3.    Pada akhir Juli 1988 Iran menyatakan kesediaanya untuk menerima usul genjatan senjata dan diberrlakukannya kembali perjanjian Algier seperti yang tercantum dalam Resolusi DK PBB No.598. Iran mendapat kompensasi dari Irak sebesar 150 juta dolar AS pertahun.

 

B.   BERAkhir Perang Teluk I

Upaya mengakhiri perang antara Irak dan Iran ini sejatinya telah berlangsung sejak awal pertempuran. Dewan Keamanan PBB merupakan pihak yang paling gencar mengupayakan perdamaian untuk kedua belah pihak. Pada tanggal 28 September 1980, dikeluarkanlah Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 479. Resolusi tersebut menghendaki kedua belah oihak untuk menghentikan perang dan menyelesaikan permasalahan di meja perundingan.  Meskipun demikian, Iran menolak resolusi tersebut karena Irak enggan menarik pasukannya dari wilayah Iran. Beberapa resolusi kemudian dikeluarkan antara tahun 1982-1983, namun seluruh resolusi tersebut ditolak oleh Iran dengan alasan yang sama.

Dewan Keamanan PBB tidak berhenti dalam upaya mengakhiri Perang Teluk I. Perang Teluk I bagaimanapun memberikan kerugian yang besar terutama kepada penduduk sipil. Sejumlah serangan militer yang ditujukan ke berbagai kota membuat banyak rakyat sipil mengalami luka-luka maupun tewas terbunuh. Selain itu isu digunakannya senjata kimia oleh Irak membuat Dewan Keamanan PBB mengupayakan penyelesaian perang. Dewan Keamanan PBB terus berupaya membujuk kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran. Pada tanggal 24 Februari 1986, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi nomor 582 yang berisi tentang perintah gencatan senjata serta penarikan pasukan dari kedua belah pihak. Iran sekali lagi menolak resolusi tersebut dengan alasan bahwa Irak telah melakukan agresi terhadap wilayah mereka sehingga upaya perdamaian sekali lagi gagal menemui titik temu.

Penolakan Iran untuk menerima resolusi PBB akhirnya membuat Amerika Serikat turun tangan untuk menyelesaikan konflik. AS melakukan cara yang bisa dibilang licik untuk memaksa Iran menerima resolusi Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 3 Juli 1988 kapal Amerika Serikat USS Vincennes menembak jatuh pesawat sipil Iran yang sedang dalam perjalanan menuju Dubai, Uni Emirat Arab. Peristiwa tersebut menewaskan 290 orang. Presiden Ali Khameni akhirnya dengan terpaksa menerima resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 589 yang berisi tentang perintah gencatan senjata. Saddam Husein kemudian juga menerima resolusi tersebut. Kedua belah pihak akhirnya menyetujui untuk menghentikan pertempuran dan mulai membuka negosiasi damai untuk mengakhiri perang secara keseluruhan.

Dewan Keamanan PBB akhirnya mengeluarkan resolusi nomor 619 untuk mempercepat proses perdamaian kedua belah pihak. Resolusi tersebut berisi tentang pembentukan United Nations Iran-Iraq Military Observer Group (UNIIMOG). Pembentukan UNIIMOG ini bertujuan untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata yang dilakukan kedua belah pihak. PBB kemudian menyatakan bahwa kedua belah pihak akan segera bertemu untuk mengakhiri perang. Secara prinsipil kedua belah pihak telah melakukan kesepakatan damai pada bulan Agustus 1988. Kesepakatan damai tersebut dapat tercapai setelah kedua belah pihak setuju untuk melakukan pertukaran tawanan perang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(ROMI SAPUTRA) INFORMASI SEJARAH

PERANG TELUK 1 (DAMPAK PERANG TELUK I DAN BERAKHIRNYA PERANG TELUK I) A.    Dampak Perang Teluk I Sebagaimana setiap perang yang terjadi d...